Kenapa Reply 1988 Begitu Mengesankan?

ai khai
6 min readNov 20, 2020

Sebelumnya, saya bukanlah orang yang begitu sangat tertarik dengan segala produk industri kreatif dari Korea Selatan, mulai dari film, drama seri, musik, atau budaya pop lainnya yang dalam 10 tahun terakhir — hemat saya — deras mewarnai lis budaya pop yang disukai di Indonesia, dan mungkin juga di dunia. Hal lain yang membuat saya tidak begitu tergerak — kecuali belakangan beberapa jenis makanannya seperti memanggang daging di tengah-tengah meja itu (saya lupa nama spesifiknya) — adalah yang membuat orang begitu “tergila-gila” diantaranya adalah disebabkan oleh kecantikan atau ketampanan para pemainnya. Ya, ini bisa jadi sangat sepihak, dan bisa keliru, tapi faktor itu membuat saya tidak begitu meminati film-film atau budaya pop Korea lainnya.

https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct021.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct022.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct023.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct024.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct025.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct026.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct027.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct028.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct031.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct032.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct033.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-direct034.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv001.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv002.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv003.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv004.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv023.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv024.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv025.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv026.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv027.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-dirtv028.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv01.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv02.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv021.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv022.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv023.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv03.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv04.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv05.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv06.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv07.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv08.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/p-v-m-liv088.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct021.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct022.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct023.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct024.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct1.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct2.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct3.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct4.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct5.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct6.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct7.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct8.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-MONA-direct88.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv001.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv0011.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv0012.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv0013.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv0014.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv002.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv003.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv004.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv005.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv006.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv007.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/PSG-v-MONA-directtv008.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct01.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct02.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct021.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct022.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct023.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct03.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct04.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct05.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct06.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct08.html
https://www.chocholowskietermy.pl/max/US-PSG-MONA-direct088.html

Tapi, sudut pandang cukup membuat saya berubah drastis ketika saya mulai menonton drama seri Reply 1988 di Netflix. Karena ini adalah drama seri pertama yang saya tonton — dan selesai sebanyak 20 episode — maka kesan yang saya tulis akan terlihat sepihak atau kekurangan data. Tapi, saya menangkap kesan selama ini bahwa film-film Korea selama ini seringkali berfokus pada hubungan mesra antara laki-laki perempuan dan menampilkan kehidupan yang begitu modern, maju, dan jauh dari kesan kekurangan kecuali memang di film-film yang menampilkan suasana pedesaannnya atau kisah tentang Korea di masa kerajaan (belum menjadi negara modern).

Tapi itu tidak tergambar ketika menyaksikan Reply 1988. Berkisah tentang lima keluarga yang tinggal di satu jalan pemukiman di wilayah Ssangmun-Dong (disebut berada di bagian utara kota Seoul), film ini berhasil menampilkan lanskap keluarga biasa di Korea Selatan di tahun akhir tahun 90-an. Film ini mengangkat persahabatan lima anak usia SMA di lingkungan tersebut yang telah bersahabat sejak kecil, Sung Deok-Sun (satu-satunya perempuan diantara lima sahabat); Sung Sun-Woo (anak laki-laki yang begitu berbakti pada ibunya yang janda dan paling sering “disenangi” para wanita); Ahn Jung-Hwan (cuek, memiliki tutur kata yang kurang ramah, namun sebenarnya diakibatkan kesulitan membangun komunikasi personal yang hangat, termasuk orangtuanya sendiri); Ryu Dong-Ryong (putra seorang guru, paling jenaka, tidak suka belajar tapi seringkali lebih bijak menghadapi persoalan); dan Choi Taek (pendiam, juara nasional permainan Go (Baduk, sejenis catur dalam tradisi Asia Timur?) dan satu-satunya yang tidak sekolah di lingkungan itu (karena fokus menjadi atlet Go).

Film ini juga dengan sangat apik memberikan porsi yang tidak kurang banyaknya terhadap dinamika yang terjadi antara orang tua mereka, baik di lingkaran ibu-ibu, lingkaran bapak-bapak, gabungan bapak-bapak dan ibu-ibu, sampai adu mulut antara masing-masing pasangan. Belum lagi hubungan yang dinamis antara masing-masing anak mereka. Hubungan tiga anak Sung Dong-Il — Lee Il-Hwa (Bo-ra; Deok-Sun; No-Eul) yang panas penuh adu mulut dan tak jarang “main tangan” antara kakak dan adik, namun saling merindukan ketika mulai tidak lagi tinggal di rumah orangtua mereka karena sibuk berkarir. Hubungan dua anak Kim Sung-Kyun — Ra Mi-Ran yang saling mendukung yaitu Jung Bong — Jung-Hwan namun adakalanya menimbulkan kesalahpahaman.

Dan tentu saja, dinamika hubungan “ABG” anak-anak yang tumbuh bersama sejak kecil adalah porsi yang cukup dominan. Dari persahabatan yang begitu akrab — khususnya di kamar Choi Taek yang seperti menjadi “basecamp” sementara Taek seringkali sibuk turnamen Go ke luar negeri — sampai benih-benih percintaan dan konfliknya di internal mereka menurut penulis pribadi mampu menghanyutkan penonton untuk bersabar mengikuti dinamikanya sampai akhir. Ini amatan pemula saja karena bukan penggemar K-Drama sejak lama, tema percintaan adalah tema yang sulit dipisahkan dari banyak drama Korea. Tapi secara pribadi, yang membuat Reply 1988 ini juga menarik adalah menayangkan model-model relasi percintaan yang sangat “orang Asia banget” di masa itu, istilah yang saya dapat dari Dian Sastrowardoyo saat berbincang dengan Leila Chudori mengulas film ini. Kira-kira penjelasan “Orang Asia Banget” adalah hubungan percintaan lewat surat-menyurat, kesan tanggung dalam menyampaikan cinta/malu-malu mau, dari teman menjadi kekasih, sampai dating dengan bertemu di tempat makan atau sekedar berjalan bersama. Ini untuk membandingkan dengan gaya percintaan “ala Barat” yang jauh lebih bebas penuh pesta bahkan hubungan seksual pra-nikah.

Sebenarnya, sepanjang menonton film ini saya melihat ada banyak sekali isu-isu pendidikan, sosial, dan budaya yang tercuplik sehingga menggambarkan kondisi Korea Selatan di masa itu. Beberapa menarik disebutkan misalnya pelaksanaan olimpiade di medio 1988 dan kaitannya dengan isu pertanahan (untuk dijadikan tempat-tempat pelaksaan olimpiade, ada di scene Bo-Ra yang tidak sudi menyaksikan pembukaan olimpiade sampai ia menjadi demonstran; adanya wilayah-wilayah elit seperti Gangnam (mulai ada Apartemen); dan Itaewon (tempatnya anak-anak hype); kelas sosial masyarakat Korea Selatan yang sedang beranjak menjadi masyarakat yang sejahtera (ayah Deok-Sun bekerja di bank; ayah Jung-Hwan distributor produk Goldstar à kemudian jadi LG; ayah Choi-Taek pemilik toko jam dan emas di suatu lingkungan; ayah Sun-Woo pekerja di perusahaan namun wafat; ayah Dong-Ryong kepala sekolah namun memiliki ibu yang wanita karir sebagai agen asuransi); sekolah adalah segalanya dan tingginya animo memasukkan anak ke perguruan tinggi dari sebelumnya lebih banyak ke militer (potret keberadaan “ruang belajar” untuk siswa fokus “ujian akhir” atau persiapan masuk universitas; potret Bo-Ra mahasiswi cerdas; potret Doek-Sun yang 180 derajat berbeda dengan kakaknya dan menyesal di tahun terakhir SMA; pernyataan ayah Taek yang awalnya marah besar ketika Choi-Taek ingin fokus main Go dan berhenti sekolah; pusingnya Ra Mi-Ran melihat Jong-Bung 7 kali gagal tes kuliah dan “asik sendiri” dengan yang disukai kecuali belajar masuk kuliah); hingga gelombang perkembangan teknologi dan budaya populer (scene ketika ayah Deok-Sun diminta pensiun dini setelah teknologi ATM mulai perlahan berkembang).

Saya sempat terlintas bertanya juga, seingat saya kira-kira cuplikan-cuplikan tersebut menggambarkan kondisi masyarakat khususnya di perkotaan Korea Selatan tidak terlalu berbeda dengan Indonesia. Cenderung sama. Ssangmun yang disebut berada di utara Seoul adalah wilayah pemukiman masyarakat perkotaan yang sedang tumbuh menjadi kelas menengah mengingatkan saya pada wilayah-wilayah di utara Jakarta, tempat saya dilahirkan.

Pertanyaan itu kemudian terjawab ketika saya menemukan buku berjudul Korean Cool: Strategi Inovatif di Balik Ledakan Budaya Pop Korea karya Euny Hong (diterjemahkan dan diterbitkan oleh Bentang, 2016). Euny adalah jurnalis internasional yang juga anak seorang ekonom Korea Selatan yang “dibujuk pulang” setelah lama tinggal di Amerika Serikat dan diajak membangun Korea Selatan. Penggambaran Euny menurut saya sangat komprehensif, kaya data, tapi digabungkan dengan pergolakan pribadinya yang mengalami shock culture setelah hidup dengan budaya Amerika sejak kecil. Menurut saya pribadi, buku ini higly recommended untuk yang masih bertanya-tanya misalnya kenapa makan kimchi (sejenis asinan sayur ala Korea) yang sampai saat ini merupakan makanan hampir semua masyarakat Korea sebagai stok persediaan musim dingin kini ikut dicari ketika makan di resto Korea. Buku ini juga menjelaskan banyak aspek dari sosial budaya masyarakat Korea Selatan di medio 80-an dan bagaimana itu semua berubah drastis dan masih berjalan sampai saat ini. Mungkin saya akan meresensi buku itu dalam tulisan terpisah, tapi statement yang cukup menohok di awal bukunya, “Korea (Selatan) sama sekali tidak keren di tahun 1985.”

--

--